Friday, January 3, 2020

MEDIA MASSA DAN PERUBAHAN BUDAYA

Forum Ads.id
MEDIA MASSA DAN PERUBAHAN BUDAYA
Oleh Suwardi Lubis

Media massa adalah istilah untuk menggambarkan bentuk komunikasi yang dilakukan lewat media massa untuk umum. Media massa yang dikategorikan sebagai alat, instrument komunikasi yang memungkinkan kita untuk merekam serta mengirim intormasi dan pengalaman-pengalaman dengan cepat kepada khalayak luas, terpencar-pencar dan heterpgen.
Media massa dengan dukungan teknologi telah membantu mematahkan jarak antara makrososial dan mikrososial. Media massa membawa tema-tema publik ke dalam lingkungan privat tempat ia memasuki dan dipengaruhi oleh kondisi, orientasi dan kebiasaan lokal. Olehnya itu tidak salah jika Thomson mengatakan: Dunia publik telah dibangun kembali dalam zaman elektronika, baik secara teknologi, maupun secara sosial (dalam Lull, 1998: 71).
Media massa dengan perpaduan komputer dan telekomunikasi (ITC: Information Tecnonogy Communication) menghasilkan gerakan informasi dengan kecepatan cahaya kepada khalayak yang jumlahnya luar biasa, menyalurkan berita dan kata, yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, ke seluruh tempat di dunia ini.
Teknologi komunikasi yang telah menciptakan “Jalan bebas hambatan” (Writson, 1996: 3) tidak hanya menciptakan ekonomi global, tetapi juga mengaburkan batas-batas sosial budaya, karena dunia yang kita bangun sekarang ini, tidak mungkin dipertahankan kedaulatan atas informasi, sebab “informasi dan alurnya juga meliputi lanngit bebas, dipergunakan secara bersama-sama. Budaya, sebagai identitas sebuah masyarakat, tidak luput dari pengaruh media massa.







  1. Media Massa
    1. Pengertian Media Massa
Media massa diartikan sebagai alat, instrumen komunikasi yang memungkinkan seseorang untuk merekam serta mengirim informasi dan pengalaman-pengalaman dengan cepat kepada khalayak yang luas, terpencar-pencar dan heterogen.1 Rowland Lorimer dan Paddi Scannel (1994) mendefinisikan media massa secara lebih luas dengan mengaitkan dengan fungsi dan peran media. Media massa sebagai alat komunikasi massa, digambarkan oleh Loriel dan Paddy Scannel dengan elemen-elemen seperti dikemukakan oleh McQuail (1993) sebagai berikut:
  1. Media massa merupakan aktifitas komunikasi massa yang berorientasi berdasarkan isi media.
  2. Media massa menggunakan konfigurasi teknologi (televisi, radio, videoteks, majalah dan buku).
  3. Sistem media massa, apakah formal atau non-formal (menyangkut sistem media, kantor pusat, sistem publikasi dan sebagainya).
  4. Dioperasikan berdasarkan ketentuan hukum dan kesepakatan antara para professional dan praktisi, khalayak dan kecenderungan sosial masyarakat.
  5. Diterbitkan oleh kelompok yang terdiri atas: Pemilik modal, redaktur, distributor, periklanan dan pelanggan.
  6. Menyampaikan informasi, hiburan, pikiran-pikiran dan simbol-simbol.
  7. Ditujukan kepada audience yang banyak (Rowland, 1994: 25).
    1. Pertumbuhan Media Massa
Everett M. Rogers (1978) membagi perkembangan komunikasi manusia dalam empat era, dimulai dari tahun 34000 SM, periode CroMagnon, hingga memasuki era komunikasi interaktif. Tabel berikut menjelaskan tahaptahap perkembamgam komunikasi manusia:
Tabel 1: Pertumbuhan Media Massa
Era
Nama Era/Tahun
Jenis Temuan
Tahun
I
Era Komunikasi Tulisan/4000 SM ke depan
- Tulisan Bangsa Sumeria di Clay Tablets
- Pi Seng (China) menemukan jenis cetakan buku yang digerakkan
- Lempengan logam pengganti clay digunakan di Korea
4000 SM
1041 SM
1242 M
II
Era Komunikasi Tulisan/1456 M ke depan
- Bible Guttenberg dicetak
- Sirkuliasi mass media dimulai dengan Surat Kabar Penny Pers oleh New York Sun
- Metode fotografi ditemukan oleh Daguere yang digunakan oleh surat-surat kabar
1456 M
1833 M
1839 M
III
Era Telekomunikasi/ 1844 ke depan
- Samuel Morse mengirimkan telegrap pertama
- Gambar bergerak ditemukan dan film pertama dipertontonkan kepada public
- Guglielmo Marconi menyiarkan pesan-pesan radio
- Lee De Forest menemukan pengerasan dari vacuum tube
- Jadwal resmi penyiaran radio pertama oleh KDKA di Pittshburg
- Televisi didemonstrasikan oleh RCA
- Penyiaran pertama televisi komersial
1844 M
1876 M
1895 M
1912 M
1920 M
1933 M
1941 M
IV
Era Komunikasi Interaktif
- Komputer mainframe pertama, ENIAC dengan 18.000 vacuumtube ditemukan di Universitas Pennysilvia
- Transistor ditemukan oleh William Shockley, Jhon Berden, dan Wolter Brattain di Laboratorium Bell
- Video Tape ditemukan oleh Ampax Company, di Kedwood City, California
- Rusia meluncurkan satelit pertama, Sputnik
- NASA untuk pertama kalinya melakukan penerbangan setelah ditemukan mini komputer yang ukurannya 3000 kali lebih kecil dari ENIAC
- Penemuan mocroprocesor unit control komputer (the Central Procesor Unit atau CPU) pada chip semi konduktor, oleh Ted Hoff di Intel Corporation, perusahaan mikro elektronik Silicon Valley)
- Mikro komputer pertama Altair 8800 dipasarkan
- HBO (Home Box Office) memulai penyiaran program sistem TV kabel menandai TV kabel di Amerika Serikat
- Sistem teletex untuk pertama kalinya disediakan oleh dua jaringan televisi Inggeris (BC dan ITU)
- Qube,sistem televisi kabel interaktif pertama, mulai dioperasikan di Columbus, Ohio
- Site videotext untuk pertama kalinya disiapkan oleh Kantor Pos Inggeris
1946 M
1947 M
1956 M
1957 M
1969 M
1970 M
1975 M
1975 M
1976 M
1977 M
1979 M
Sumber: Everett M Rogers, 1978: 22
Riwayat perkembangan komunikasi di atas menunjukkan, bahwa ternyata semakin belakangan, ternyata semakin cepat jarak dari inovasi teknologi komunikasi. Kemajuan yang dianggap penting adalah era komunikasi cetak yang ditandai dengan penemuan huruf cetak yang dapat dipindah-pindahkan oleh Johanes Guttenberg (1450), memulai era industri media, khususnya media cetak. Selain itu, kemajuan selanjutnya yang dianggap penting adalah pengoperasian telegrap, yang difungsikan pertama kali pada tahun 1836.
Peluncuran satelit komunikasi pertama dalam tahun 1962, menandai kelahiran teknologi satelit. Sinyal-sinyal satelit ditangkap oleh antenna berbentuk piring yang disebut stasiun bumi. Stasiun ini pada mulanya hanya mampu dimiliki oleh perusahaan komunikasi kabel. Kini, makin banyak jumlah pemilik stasiun-stasiun bumi secara individual sejalan dengan harganya yang semakin turun dan wujudnya yang makin praktis. Piring-piring penerima ini juga memungkinkan pemirsa untuk menonton televisi langsung dari stasiun itu.2
Pada awal perkembangan teknologi komunikasi ini, satelit yang ada diintegrasikan ke dalam infrastruktur telekomunikasi seperti PPT, perusahaan telepon dan lain-lain. Perkembangan ini menandai Revolusi Satelit I. Saat ini, kita telah memasuki Revolusi Satelit II ditandai dengan komunikasi satelit dapat memotong jalur infrastruktur yang ada, seperti Direct Broadcast Satelit (DBS), Mobile Communication dan Private Network.
Selain meningkatkan pilihan pemirsa, satelit juga membuat mungkin terciptanya jaringan-jaringan pribadi yang sangat banyak dan masing-masing dapat disesuaikan menurut kebutuhan pemakai. Dengan menggunakan teknologi satelit, orang dapat melakukan komunikasi melalui hubungan telepon atau faksimili sementara dalam perjalanan di mana saja berada, dapat berbelanja jarak jauh (teleshopping), dapat melakukan konferensi pers (teleconference) yang meliputi seluruh Negara (nation- wide)atau seluruh dunia, tanpa harus meninggalkan rumah atau kantor, sehigga videoconference atau sistem networking telah menjadi bagian dari kehidupan manusia saat ini.
  1. Mengenal Budaya
    1. Pengertian Budaya
Budaya, berasal dari kata Sanskerta buddhaya, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Ada pendapat yang membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah “daya dari budi” yang berupa cipta, rasa dan karsa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa dan karsa itu.3
Kebudayaan didefinisikan oleh Edward Tylor (1871) sebagai: that complex wich includes knowledge, belief, art, moral, costum, and any other capabilities acquired by man as a member society (dalam Randall Stokes, t,th.: 68). (Kebudayaan adalah kompleks keseluruhan yang meliputi kepercayaan, seni, moral, hukum, dan kemampuan lainnya, dan kebiasaan yang didapatkan seseorang dari masyarakat).
Kilman, Saxton dan Serpa (1986) mendefenisikan kebudayaan sebagai “culture can be definet as the philosophies, ideologis, values, assumptions, expectations, attitudes and norms that knit acommunity together. (Budaya dapat dirumuskan sebagai serangkaian falsafah, ideologi, nilai, asumsi, harapan, sikap dan norma yang dimiliki bersama yang mengikat suatu masyarakat). Menurut Ilmu Antropologi, budaya adalah: keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia untuk belajar.4
Beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa kebudayaan menyangkut sebuah kesepakatan kelompok, baik eksplisit maupun implisit, tentang bagaimana seseorang mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah secara bersama dalam kelompoknya.
Wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat, mengacu pada J.J.Hongmann (1959), terdiri atas tiga, yakni:
  1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
  2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari masyarakat
  3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud ideal dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tidak dapat diraba, dan lokasinya berada dalam alam pikiran warga masyarakat, tempat kebudayaan itu hidup. Wujud ideal kebudayaan, disebut juga adat atau adat istiadat. Wujud kedua dari kebudayaan, disebut dengan sistem sosial, mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dari hari ke hari menurut pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia dalam suatu masyarakat, sistem sosial ini bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, dapat diobservasi, difoto dan didokumentasi. Wujud ketiga dari kebudayaan disebut dengan kebudayan fisik berupa benda-benda yang dapat diraba, dilihat dan difoto.5
Unsur-unsur kebudayaan universal, disebut juga sebagai isu pokok dari tiap kebudayaan di dunia, adalah:
  1. Bahasa.
  2. Sistem pengetahuan.
  3. Organisasi sosial.
  4. Sistem peralatan hidup dan teknologi.
  5. Sistem mata pencaharian hidup.
  6. Sistem religi.
  7. Kesenian.
Tiap-tiap unsur kebudayaan universal menjelma dalam ketiga wujud kebudayaan, misalnya unsur universal kesenian, wujud idealnya adalah gagasan-gagasan, ciptaan-ciptaan dan syair-syair indah. Wujud berpola dapat berupa interaksi antar seniman-pencipta, seniman-penyelenggara, sponsor, pendengar dan penonton. Dan, wujud kesenian sebagai benda seni dapat berupa benda-benda indah, candi, kain tenun, dan lain sebagainya.
    1. Perubahan Budaya
Haviland berpendapat, bahwa dalam jangka waktu tertentu, semua kebudayaan berubah sebagai tanggapan atas hal-hal seperti masuknya orang luar, atau terjadinya modivikasi perilaku dan nilai-nilai di dalam kebudayaan. Proses perubahan dan pergeseran budaya, dibedakan Koentjaraningrat dalam: (1) Proses belajar kebudayaan sendiri, yang terdiri dari: Internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi; (2) Proses perkembangan kebudayaan atau evolusi kebudayaan (cultural evolution); (3) Proses penyebaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa di bumi, yakni proses difusi (diffusion); (4) Proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga masyarakat, yakni proses akulturasi (acculturation), dan proses asimilasi (assimilation); dan (5) Proses inivasi (innovation) dan penemuan baru (discoveri dan invention) (Kontjaraningrat, 1990: 227-228).
Proses internalisasi, adalah proses belajar kebudayaan yang panjang, sejak individu dilahirkan sampai ia meninggal. Ia belajar menanamkan dalam kepribadiaanya segala perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya. Proses sosialisasi, adalah proses ketika seorang individu sejak masa kanak-kanak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan berbagai macam individu di sekelilingnya yang menduduki berbagai peran sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari. Proses enkulturasi atau proses pembudayaan, adalah proses seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-istiadat, sistem norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
Proses evolusi kebudayaan, adalah proses perubahan kebudayaan bila dilihat dari interval waktu yang panjang, akan terlihat perubahan-perubahan besar dalam kebudayaan. Sementara, proses difusi kebudayaan, disebabkan oleh proses migrasi kelompok manusia di bumi. Dengan migrasi tersebut, tersebar pula unsur-unsur kebudayaan di penjuru dunia. Akulturasi atau acculturation atau culture contac, adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dalam suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur kebuudayaan asing. Lambat laun, unsur-unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Asimilasi atau assimilation, adalah proses sosial yang timbul bila:
  1. Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda
  2. Saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama.
  3. Kebudayaan-kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran (Kontjaraningrat, 1990: 221-260).
  1. IMPLIKASI PERTUMBUHAN MEDIA TERHADAP PERUBAHAN BUDAYA
    1. Pengaruh Media Massa Terhadap Perubahan Budaya
Harrold Innis dan Marshal McLuhan adalah sarjana modern yang mengkaji hubungan antara alat komunikasi yang terdapat di masyarakat dan bagaimana alat komunikasi itu berperan membentuk kararkter serta bidang sosial mereka, seperti bidang politik dan social budaya. McLuhan yang banyak belajar, mengembangkan ide pada periode modern. Ia mulai melihat, bahwa pengaruh sistem percetakan dapat menyebarkan ide-ide serta pengetahuan (Rowland, 1994: 2).
Ini terlihat, saat Guttenberg (1450) menemukan huruf cetak yang dapat dipindah-pindahkan, secara langsung memacu percetakan buku di Eropa. Pada tahun 1500, jutaan buku dicetak atas permintaan (Staubhaar dan LaRose, 1996: 49). Dari kenyataan ini, McLuhan menyatakan bahwa media elektronik modern, khususnya radio, televisi, fotografi dan film dapat membentuk pola pikir masyarakat modern. Ide itu berpengaruh di Amerika Utara dan Eropa. Apa yang dilakukan media dan implikasinya dalam konteks global, media telah membuat--sesuatu yang pertama dalam sejarah--mungkinya sistem komunikasi yang cepat (instant) antara sejumlah titik di dunia yang disebut McLuhan sebagai the global village (desa global) (McLuhan dalam Rowlan Lorrimer dan Paddi Scannel, 1994: 2).
Fenomena percepatan transformasi ide disebut Konetjaraningrat sebagai difusi, ketika unsur-unsur kebudayaan yang timbul di salah satu tempat di muka bumi, berlangsung dengan cepat sekali, bahkan seringkali tanpa kontak antar individu-individu. Ini disebabkan karena adanya alat-alat penyiaran yang bekerja efektif, seperti surat kabar, majalah, radio, buku, film dan televisi (Koentjaraningrat, 1990: 246-247). Penyebaran unsur-unsur kebudayaan, juga ditimbulkan oleh peralihan pekerjaan yang diakibatkan oleh Revolusi Industri. Di akhir tahun 1800-an dan awal tahun 1900-an, orang-orang dalam kelompok besar bermigrasi dari pekerjaan sektor pertanian pertanian di desa-desa ke pekerja industri di sejumlah kota.
Urbanisasi ditumbulkan oleh media massa, karena secara serempak mereka mendapatkan informasi tentang apa yang akan mereka lakukan pada masa akan datang bagi kehidupan mereka melalui media massa (Staubhaar dan LaRose, 1996: 50). Migrasi ini menyebabkan pertemuan antara kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda-beda. Akibatnya, individu-individu dalam kelompok-kelompok itu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing. Proses yang dapat terjadi dari pertemuan budaya ini adalah akulturasi budaya, dan sekaligus proses asimilasi.6
    1. Bentuk-Bentuk Perubahan Budaya
Budaya dalam pandangan antropolog, adalah seluruh yang disetujui oleh masyarakat dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kontribusi pewarisan tingkah laku dalam masyarakat biasanya dilakukan oleh institusi formal, seperti gereja dan Negara, dan saat ini dilakukan oleh media. Dikaitkan dengan perkembangan media massa, Wilson (2002), membagi tahapan-tahapan perkembangan budaya pada:
  1. Tahap Elitis
Beberapa kurun waktu yang lampau, budaya masih dibedakan dalam kategori jelas, yaitu Budaya Elit (Elite Culture) yakni budaya dari orang-orang terdidik, aristokrat dan orang-orang kaya. Budaya elit kadang-kadang dikategorikan sebagai budaya tinggi (high culture). Hingga kurang dari 200 tahun yang lalu, terdapat perbedaan dan pemisahan antara high culture dan budaya lainnya yakni budaya kelas petani, yang dikenal dengan folk culture (budaya rakyat). Kelas elit, adalah orang-orang yang hidupnya dikelilingi seni, buku-buku dan musik klasik. Para petani dengan folk culture, berhubungan langsung dengan karnaval di jalan-jalan, lagu-lagu dan dongeng-dongeng rakyat.
  1. Tahap Populer
Pada abad ke-19, perbedaan antara Budaya Elit dan Budaya Rakyat menjadi kabur dengan dibangunnya demokrasi politik, pendidikan masyarakat secara massa dan Revolusi Industri. Kekuatan ini yang menciptakan Budaya Populer dan Budaya Massa. Keberadaan media massa juga merangsang Budaya Populer (Staubhaar dan La Rose, 1996: 4).
  1. Tahap Spesialisasi
Tahap spesialisasi dimulai di akhir abad XX ditandai dengan banyaknya terobosan media massa Amerika Serikat dalam mencapai tahap ini. Pada tingkatan ini, media massa dikonsumsi sepotong-sepotong oleh populasi, tiap-tiap orang dengan ketertarikan dan aktivitas budaya sendiri.
Peran media massa dalam perubahan budaya, selanjutnya dikemukakan oleh Lull (1998: 186-192), sebagai peran transkulturasi, hibridasi dan pribumisasi. Transkulturasi, mengacu pada sebuah proses ketika bentuk-bentuk budaya secara harfiah bergerak melalui ruang dan waktu untuk berinteraksi dengan kebudayaan lain, saling mempengaruhi dan menghasilkan bentuk-bentuk budaya baru.
Proses transkulturasi dihasilkan oleh proses perpindaham fisik orang-orang dari satu lokasi geografis ke lokasi geografis lainya. Tetapi kini, pelintasan budaya lebih banyak dimungkinkan oleh media massa dan industri kebudayaan. Teknologi modern membangun kembali pemotong jarak budaya yang esensial, yakni ruang dan waktu. Dengan teknologi informasi, transmisi, penerimaan informasi dan hiburan dari satu bagian dunia ke bagian dunia lain menghasilkan sintetis-sintetis budaya baru.




KEPUSTAKAAN
Achmad, AS. 2002. Media Massa dan Khalayak. Makassar:.Hasanuddin University Press.
Lorimer, Rowland and Paddy Scannel. 1994. Mass Communication, A Comparative Introduction. Manchester University Press, New York.
Lull, James. 1998. Media, Communication and Culture: A Global Approach. Diterjemahkan oleh Setiawan Abadi:’Media, Komunikasi, Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global’. Cetakan I; Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Tan, Melly G. 1997. Masalah Perencanaan Penelitian. Dalam Koentjaraningrat ‘Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Edisi Ketiga, Cet. XIV; Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wilson, Stan Le Roy. 1993. Mass Media/Mass Culture. New York Time Company.






1 Achmad, Media Massa dan Khalayak, (Makassar:.Hasanuddin University Press, 2002), h 10.
2 Ibid, h.52
3 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Edisi Ketiga, Cet. XIV; (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 1990), h. 181
4 Ibid, h.180
5 Ibid, h.187-188

6 Achmad, Media Massa dan Khalayak. (Makassar:.Hasanuddin University Press, 2002), h.20